Banyak yang mencoba memahami dan mempelajari karakteristik orang-orang yang beraura warna indigo (warna mix antara biru dan ungu). Tapi sepertinya referensi yang tersedia umum belum sepenuhnya bisa menggambarkan apa dan bagaimana yang sesungguhnya (banyak yang beranggapan orang indigo berarti bisa melihat hal-hal ghoib, “sakti” dan sebagainya..hehe.. plis deh!). Sebagai salah satu pengguna aura warna ini, mungkin saya bisa sedikit memberikan gambaran untuk yang ingin tau.

Meskipun awalnya tidak peduli, tapi akhirnya sayapun terpaksa percaya bahwa warna aura seseorang memang bisa menjadi acuan untuk mengenali karakter dasarnya. Suka atau tidak suka. Karena begitulah pengalaman saya.

Saya pernah tiga kali difoto aura. Hasilnya, warna aura saya selalu kurang lebih sama. Tampak mata di foto, dominan biru tua terang campur ungu, dan biru tua kemerahan...

Dua dari 3 hasil analisanya (dibuat udah lumayan lama, tahun 2007 dan 2009) saya muat disini untuk gambaran aja, siapa tau ada yang pengen tau bagaimana sih foto aura itu.

Katanya model warna seperti ini termasuk jarang (dan itu lumayan membuat saya berkecil hati). Soalnya pasti ada hubungannya dengan model kepribadian saya yang cenderung nggak eazy going, nggak tau gimana caranya having fun (seperti temen-temen lain : cuek aja bersikap seenak udel), sensitif, moody dan suka dikatain munafik sama beberapa orang (dengan tuduhan sok alim… Lha, padahal saya emang begitu tanpa dibuat-buat…)

What? Indigo Color? Ultra Violet?

”Cuma ada satu benang merah yang bisa ditarik : indigo child sering kali didiagnosis salah oleh orang-orang di sekitarnya! Mereka kerap dinilai sebagai anak-anak yang menderita gangguan psikologis. Contoh: gangguan konsentrasi, gangguan bipolar (sebentar seneng, sebentar sedih, dengan alesan yang nggak jelas), bahkan skizofrenia (gila) sekalian. Semua ini dipicu oleh pandangan mereka yang nggak cocok dengan orang kebanyakan. Misalnya aja, mereka nggak bisa mentolerir sikap otoriter. Soalnya bagi mereka, setiap manusia di muka bumi tuh ditugaskan untuk sama-sama mengelola dunia, bukan saling menekan. Yang lain, mereka juga nggak bisa nerima sistem-sistem yang terlalu berorientasi ritual dan nggak memakai kreativitas tertentu. Makanya ujung-ujungnya mereka suka memilih menarik diri dari lingkungan”. (kutipan dari internet – lupa dari blog siapa dan kapan, tapi ini sering sekali disunting dan dimuat oleh para blogger yang membahas topik indigo-indigoan).

Apa Boleh Buat... I'm a Blue-Violet Person

Kenyataannya, banyak sekali yang nggak percaya dengan hal-hal berkaitan dengan aura dan dampak nyatanya pada keseharian seseorang (sebagian orang menganggap itu sebagai hal lebay alias mengada-ada. Sebagian lainnya malah mengaitkan dengan mistis yang terlarang untuk dipercayai… waduh!). Tapi saya sendiri sih mau nggak mau memang terpaksa percaya, karena  jelas-jelas “menjadi korban” dan merasakan sulitnya menjalani takdir sebagai “pengguna” warna khusus ini.

Suatu ketika, saat gelombang frustasi menerjang saya dengan kuat, saya terdorong mendatangi Klinik Prorevital (dulu di Cempaka Putih), yang menurut brosur promosinya punya metode self-hipnosis, dipandu seorang psikiater top, dr. Tubagus Erwin Kusuma, SpKj. Singkat kata, kunjungan itupun akhirnya menjadi momen pertama kali saya berkenalan dengan yang namanya ”foto aura”.

Caranya? Saya dipersilakan duduk disebuah kursi, berhadapan dengan layar komputer yang dilengkapi kamera. Tangan saya menempel pada sepasang alat khusus yang terhubung dengan komputer. Dan taraa... saya melihat image diri saya dengan ”flying energy” melayang-layang dan bergerak gerak di sekitar saya, menyelimuti. Warnanya? Mata saya sih melihatnya sebagai warna ungu kebiruan yang terang dan cantik.. . Katanya, itulah warna aura saya. And then setelah take a shot, si komputer berkesimpulan bahwa saya adalah orang yang beraura warna indigo... Berikut memberikan print out tentang penjelasannya. Wow..

Pertama kali mendengar istilah ”indigo” waktu saya sepintas menyaksikan acara TV “Kick Andy” yang membahas tentang anak indigo. Salah satu narasumber atau bintang tamu yang hadir adalah Vincent Liong, yang katanya terindikasi sebagai jenius dan ”sangat berbeda” dari orang kebanyakan. Terus waktu di foto aura, saya kan dibilang beraura warna indigo juga? Wah.. really? Tapi saya sama sekali bukan orang jenius tuh… Saya cuma orang biasa yang justru sering dipandang aneh (dengan cara yang negative) oleh orang-orang disekitar saya… Kalo pake istilah pribadi, saya menyebut diri sendiri sebagai a person with ”personality damage”… Setahun kemudian, my next experience dengan foto aura adalah ketika saya mendatangi kios software komputer di Mangga Dua (gara-garanya waktu titip beli CD Al Quran sama seorang teman, terus dia salah beli.. dan rekomendasi terbaiknya adalah : datangi aja kiosnya, terus tukar sendiri CD-nya dengan yang sesuai.. ya okelah..).

Tepat diseberang kios itu ternyata ada tempat untuk foto aura. Sebagai orang yang penasaran dengan vonis warna aura sebelumnya, saya putuskan mencoba berfoto-ria kembali. Mesin foto yang ini ternyata lain dari yang di Klinik Prorevital. Kayaknya sih agak lebih kuno, karena lebih mirip dengan berpose untuk bikin pas foto. Nggak ada komputer, hanya ada kamera polaroid yang dipasangi tripod. Badan saya diselubungi kain hitam dan jari-jari tangan dihubungkan dengan sepasang alat yang terkoneksi dengan kamera. One shot. Hasilnya berupa 1 lembar foto langsung jadi dan selanjutnya secara otomatis printer mengeluarkan hasil print diagnosa dilengkapi grafik. Apa warna auranya? Dari 8 point cakra yang dibaca, 7 diantaranya dinyatakan berwarna ”ultra violet” (sedangkan yang 1 cakra warnanya ungu). Menurut Mr. King Gunawan sang Master Foto Aura yang bertindak sebagai konsultan, warna ultra violet masih saudaraan sama indigo....

ANALISA KOMPUTER 30 Juni 2007

PUSAT : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

LEHER : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

JANTUNG : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

KANAN : UNGU (kekuatan batin, sensitive)

KIRI : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

SARAF SIMPATIS : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

SEX : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

AKAR : ULTRA VIOLET (daya tarik, mempersatukan)

PUSAT / MAHKOTA (PENGALAMAN) Warna yang terlihat di sekeliling kepala anda, adalah pengalaman anda saat ini, yang mana warna ini sangat sesuai untuk melukiskan diri anda. “ULTRA VIOLET” Jenius, energik, perasa, indera keenam yang kuat, memiliki kekuatan untuk meyakinkan orang lain.

LEHER (KOMUNIKASI) Warna di leher adalah pusat komunikasi yang mana menunjukkan energi yang anda pancarkan. “ULTRA VIOLET” Anda adalah seseorang yang mempunyai bakat kebatinan, artis, penemu atau ilmuwan. Ide anda begitu murni, membuat orang lain melihat anda bagaikan seseorang yang penuh kekuatan daya tarik yang luar biasa. Anda memiliki kesanggupan mempersembahkan kenyataan yang unik kepada kehidupan orang-orang disekeliling anda.

JANTUNG (KETEGASAN) Warna di jantung adalah pusat ketegasan dan keharuan, cakra yang dapat juga menunjukkan kebaikan seseorang. “ULTRA VIOLET” Anda memiliki kemampuan untuk “melihat” yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

SISI KANAN (UNGKAPAN) Warna di sisi kanan menunjukkan energi yang anda pancarkan dan bagaimana orang lain melihat diri anda. “UNGU” Anda dinamis, berkepribadian yang penuh kharisma. Anda memiliki pengertian yang mendalam, yang mendorong anda untuk bertindak mencapai tujuan kehidupan ini. Namun anda luar biasa perasa. Anda memiliki kemampuan melihat dan mengetahui masa yang akan datang dari “mata ketiga” / indera keenam anda. Kadangkala ketidak percayaan anda terhadap kemampuan anda itu, akan mengakibatkan anda menjadi bimbang.

SISI KIRI (MASA DEPAN) Warna disisi kiri menunjukkan getaran yang masuk ke diri anda. Sisi dimana anda menerima, merasakan, menyetujui dan membayangkan. “ULTRA VIOLET” Anda akan memiliki kemampuan mempelajari pengetahuan spiritual / pengetahuan kejiwaan yang tidak terbatas dan akan menemukan petunjuk untuk bertindak arif dan membagi kecerahan kepada orang lain.

SARAF SIMPATIS (PUSAT PENGENDALIAN DIRI) Warna di saraf simpatis menunjukkan pusat harga diri dan kelakuan diri anda. “ULTRA VIOLET” Hati anda penuh dengan kasih sayang, gerak hati yang sangat kuat. Anda merasakan bahwa anda memiliki petunjuk untuk bertindak bijaksana.

SEX Kekuatan ini merupakan pusat tubuh, daya cipta, kemampuan sosial, kehidupan emosi dan seksualitas anda. “ULTRA VIOLET” Anda suka akan kehidupan sex, dan dapat “merasakan” dan “melihat” apa yang diminati orang lain. Maka anda tidak akan ada kesulitan menghadapi kebutuhan pasangan anda.

AKAR / KUNDALINI (DUNIA MATERIAL) Warna di akar menunjukkan energi dalam bidang jasmani dan kenyataan material. Ini juga sebagai pusat penjelmaan, tempat keinginan, sumber dari kekuatan dan pribadi anda. “ULTRA VIOLET” Anda akan mampu untuk mendapatkan apa yang anda butuhkan tanpa kesulitan. (ext By : YAYASAN AURAINDO SEJATI)

Next experience? Tahun 2009 saat lagi-lagi gelombang perasaan frustasi itu merasuki saya kembali. Dengan membawa serta rasa putus asa yang menyesaki dada, saya mendatangi tempat yang sama di Mangga Dua. Kali ini saya memang niat melakukan foto aura untuk meyakinkan diri, apakah benar si warna ungu-biru-magenta itu warna aura dasar saya, apakah benar si warna aura yang katanya bukan warna biasa itu bertanggungjawab atas ”ketidaknyamanan” perasaan saya selama ini.. selanjutnya apakah bisa diubah jadi warna lain yang lebih ”asik” sehingga hidup saya juga bisa berubah menjadi lebih ”hidup”... Singkat kata, komputer lagi-lagi bilang bahwa dari 8 titik cakra yang mereka deteksi, 7 diantaranya ultra violet. Dan yang 1 cakra adalah ungu... Mereka bilang saya memang cenderung over sensitif. Damn...

Dan untuk itu saran terbaik mereka adalah : beli dan gunakan kristal untuk membantu ”me-manage energi”. Hmm...

Hanya kepadaMu aku menyembah, dan hanya kepadaMu aku memohon pertolongan...

Saya mengetuk banyak “pintu” yang mampu saya jangkau untuk mendapatkan pertolongan. Dan saya bersedia membayar (semampu saya) untuk “membeli” pertolongan yang mereka tawarkan. Tapi saya belum pernah benar-benar merasa “sehat” dan “sembuh”. Saya tetap “sakit”, ditambah lagi sangat lelah.

Pencarian terbesar dalam hidup saya adalah untuk menemukan cara agar mampu merasa ”nyaman dengan diri sendiri”. Kenapa saya bisa merasa nggak nyaman? Well, I think it’s because I kind of hate myself.  I'm different. Nggak ada yang bisa "membaca" saya secara benar, dan itu membuat saya merasa nggak pernah bisa dipahami dengan baik. Masa kanak-kanak yang tawar dan terlupakan (karena sebagian besar momen-nya tidak bisa saya ingat sama sekali, dan ini ada ceritanya tersendiri…), tiba-tiba berubah menjadi “sangat aneh” sejak saya memasuki usia belasan tahun dibangku SMP. Bagi saya, papa, mama, kakak-kakak dan adik-adik menjadi hal yang ”berbeda”. Hidup saya mulai disesaki rasa kebingungan, kesepian, marah, kecewa, sedih, sakit hati.. kepada semuanya. And please don’t ask me why, because I don’t know. Un-explanation. Seingat saya, saya sering dipenuhi perasaan marah dan frustasi.. Yang jadi masalah adalah saya nggak tahu kenapa saya harus merasa marah apalagi frustasi..

I just don’t match with anything

Selanjutnya yang terjadi adalah sebuah kondisi dimana saya merasa tidak pernah ada orang yang mampu memahami. Setiap orang cuma bisa memandang saya dengan heran, aneh, marah, atau malah kasihan.. Dan saya benciiiii sekali diperlakukan seperti itu. Rasanya semakin lama saya malah semakin terdorong jauh dan jauuuh sekali apapun dan siapapun.

Putus asa? Saya nggak pernah menyerah

Seingat saya, sejak punya penghasilan sendiri, saya berusaha ke berbagai tempat untuk mencari ”jawaban” dan ”penyelesaian” atas apa yang saya alami. Psikiater? Setidaknya saya pernah 3 kali mendatangi klinik psikiatri berbeda, bertemu minimal 3 orang dokter jiwa yang berbeda, mengikuti berkali-kali sessi ”pengobatan” bersama mereka. Salah seorang dokter itu bahkan memberikan obat-obatan yang membuat saya merasa sangat ”aneh” : ngantuk setiap saat, gemetaran, gelisah.. tapi saya tetap ikuti resepnya. Akhirnya saya berkesimpulan, dokter-dokter top itu terlalu ”dangkal” dan cuma money oriented. Mereka nggak tau apa-apa, mereka bahkan nggak sungguh-sungguh berempati untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi, alias cuma sekedar sok menasehati doang... (emang penting?? Saya merasa sangat bodoh karena sudah pernah mendatangi mereka).

Orangtua saya nggak pernah tinggal diam. Orang pertama yang paling mampu meresapi penderitaan saya, pastilah mereka. Sayangnya merekapun nggak mampu memahami. Akhirnya, sejak kecil jadilah saya sebagai pribadi yang terbiasa menarik diri dari lingkungan (bahkan keluarga sendiri), nggak percaya diri, merasa dianggap aneh, nggak bisa dimengerti… saya penuh kemarahan pada semua.

"Pengeeeenn banget bisa “menikmati” dunia tanpa beban. Tertawa lepas, berkomentar bebas, berbuat sesukanya, melihat dunia sebagai sebuah “surga” yang harus dinikmati sebanyak-banyaknya… tapi saya nggak bisa. Ini bukan “rumah” saya. Bukan “surga” saya. Saya mencintai yang lain dan sangaaaaat merindukannya, tapi nggak tau apa. Saya sakit dan nggak bahagia disini. Saya maunya pindah, bertemu dan hidup bersama dengan manusia-manusia lain yang modelnya mirip saya". Aneh ya? Ya memang…

Pendekatan spiritual kayaknya sedikt lebih ampuh untuk menjinakkan diri saya. Saya berinisiatif untuk mencari “pengobatan” lain. Pernah diajak untuk ikut belajar meditasi bersama Anand Khrisna (nggak terlalu cocok dengan pemahaman Beliau, tapi), kemudian”berguru” di Yayasan Zakya Maqta (yang beberapa tahun kemudian saya dengar rumornya mereka mulai mengajarkan hal-hal sesat), pernah diajak mengikuti training ESQ 165 (yang alhamdulillah sangat berhasil ”mengguncang” spiritualitas saya dan membuat saya mendapatkan enlightment), ikut program emotional healing, kegiatan ”Mahakosmos” dan lainnya, termasuk orangtua saya mengajak ber-umroh pada tahun 2003.

Hasilnya : saya adalah saya. Satu-satunya yang bisa menjinakkan hati saya adalah diri saya sendiri, atas ijin Allah. Mungkin yang harus saya lakukan saat ini adalah menguatkan diri saya sendiri dulu aja kali ya…

Catatan ini saya rangkum di pertengahan bulan Juli 2013, jauh jarak waktunya dari segala peristiwa yang barusan saya ceritakan. Tapi apakah sekarang saya saya sudah berubah menjadi “lebih baik” (kalo ukurannya adalah menjadi lebih mudah bersosialisasi, lebih nyaman berteman kiri kanan dengan siapapun dari segala kalangan)? Jawabannya adalah nggak. Saya tetap saya. Dengan kondisi saya sebagaimana asalnya, dari dulu sampai sekarang.

Pada akhirnya (sebagaimana pada mulanya), saya adalah saya (thanks to my aura color, huhuhu…).

Kalau orang lain nggak bisa mengerti dan berdamai dengan kondisi saya, minimal sayanya yang  harus bisa berdamai dengan situasi dan berusaha ikhlas menerima sikap orang lain terhadap saya. Apa adanya. Saya memang berbeda. Iklhaskan saja. Meskipun nggak asik. Hehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Healthy Selengkapnya

Perbedaan Indigo, Indera Keenam, dan Aura (Bagian 3: Aura) – Dalam buku “Weschcke & Slate” dinyatakan bahwa beberapa orang biasanya melihat aura. Mereka adalah clairvoyanis alami. Peka terhadap medan energi.

Banyak orang secara fisik merasakan aura tanpa memisahkannya dan seringkali secara intuitif “membacanya” tanpa memahami prosesnya. Sekelompok orang lain pun karena berbagai alasan, tidak bisa (pada awalnya) melihat atau merasakan medan keramaian yang halus ini. Bahkan, peramal alami – mereka yang melihat bidang aura (atau hanya beberapa) di sekitar orang lain – dapat mengambil manfaat dari permainan pemahaman tentang faktor-faktor yang terlibat.

Kebanyakan kita hanya merasakan aura yang mengelilingi orang lain. Tulisan ini harus menjadi penguat yang kuat untuk memisahkan dan membaca, serta mendapat manfaat dari menjadi Spesialis Aura.

Adapun riset yang pernah penulis lakukan sejak 2018 untuk melihat aura diri kita adalah tergantung dengan metode yang akan kita gunakan. Misalnya menggunakan alat berupa foto aura, baik berupa kirlian atau di Indonesia dapat dilakukan di Pro V Clinic, Jakarta.

Metode yang digunakan adalah dengan menempelkan jari-jari telapak tangan kiri ke komputer hingga muncul warna aura dilayar osiloskop. Tujuannya untuk mendeteksi bagian blur yang menandakan aura terkait chakra tidak sehat, ataupun dengan cara tradisional seperti meditasi, ini berkenaan dengan Chakra pula.

Namun, kebanyakan di luar negeri sana, khususnya Amerika Serikat, banyak pihak yang menawarkan jasa foto aura. Dengan alat foto aura tentunya merupakan potret khusus aura. Salah satu biro konsultan aura di Amerika Serikat yang penulis ditemukan bernama The Aura Photo Booth.

Menurut Rudi (2014:10) Pada hakikatnya manusia memiliki satu warna aura permanen di dalam tubuhnya. Beberapa makna warna aura akan dijelaskan di bawah ini.

Aura berwarna merah mencerminkan semangat yang tinggi. Seseorang yang berwarna aura merah memiliki sifat giat, dinamis, dan kompetitif.

Aura berwarna jingga/orange, biasanya seseorang yang memiliki ini adalah pribadi yang percaya diri, luwes, dan energik.

Aura berwarna kuning identik dengan simbol ide dan kreatif. Sifat seseorang yang beraura kuning biasanya senang bergaul dan berbagi ide-ide kreatifnya.

Aura berwarna hijau biasanya memialiki sifat penuh kasih sayang, pribadi yang menyenangkan,  dan menyukai yang berhubungan dengan alam.

Aura berwarna biru biasanya orangnya sangat idelais dan dilambangkan sebagai pencari pengetahuan spriritual.

Aura indigo adalah perpaduan antara warna biru dan ungu atau disebut nila. Kepribadian seseorang yang memiliki warna indigo adalah perpaduan antara warna aura biru dan ungu.

Aura berwarna ungu/violet adalah pribadi yang spiritualis, biasanya psikis alami, memiliki jiwa humanis, dan kepedulian terhadap sesamanya.

Aura mewakili tentang karakter, kepribadian, dan kondisi seseorang. Berdasarkan filosofi makroskosmos dalam Gunawan (2004:32-33) terdapat tujuh warna dalam setiap diri individu yaitu merah, jingga/orange, kuning, hijau, biru, indigo, ungu/violet. Ketujuh warna itu erat kaitannya dengan keberadaan jiwa setiap insan.

Gradasi yang dimulai dari merah, jingga, kuning merupakan warna dasar fisik yang menandakan bidang fisik, emosi, mental bawah maupun mental yang lebih tinggi, sedangkan gradasi hijau, biru, indigo, dan ungu merupakan warna ruh yang menandakan bidang mental yang tinggi, spiritual, intuisi, dan illahi.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal, hal ini erat kaitannya dengan topik pembahasan aura warna atas eksperimen riset yang dilakukan oleh Nancy Ann Tappe. Dari sinilah  berawal munculnya penyebutan istilah indigo. Ya, indigo hanyalah warna aura. Ia mengungkap bahwa aura manusia bisa dihubungkan dengan kepribadian, dari hasil temuan bahwa warna nila atau indigo yang umumnya ada pada orang dewasa, justru muncul pada anak-anak.

Matahari saja saat bersinar memancarkan warna aura yang menyinari tata surya, terkadang terlihat lapisan pelangi kecil. Keadaan orang yang sehat terlihat  aura wajah ceria, sedangkan orang sakit terlihat pucat.

Tentu saja aura indigo  itu bisa dimiliki oleh siapapun sehingga setiap orang memiliki pengalaman dan kisah hidupnya masing-masing yang berbeda. Maka tak etis bila kita membandingkan atau menyamakan pengalaman permasalahan hidup antara diri kita dengan orang lain.

Judul: Anak-anak Abad Milenium Baru (Children Of The New Age): Perbedaan Indigo, Indera Keenam, dan Aura (Bagian 3: Aura) Penulis: Ilham M. S. Editor: JHK

Sekilas tentang penulis

Ilham M.S. lahir di Bandung, 27 Agustus 1994. Ia seorang poliglot yang menguasai cukup banyak bahasa asing antara lain Bahasa Prancis, Bahasa Jerman, Bahasa Belanda, dan Bahasa Italia.

Sejak usia tiga tahun, Ilham pernah melihat sosok malaikat yang menampakan diri di hadapannya. Sosok yang dilihatnya berupa makhluk transparan bersayap yang bersinar terang benderang yang sedap dipandang mata. Warna aura yang terpancar pada dirinya ialah lavender yang didominasi oleh warna ungu.

Seiring berjalan waktu, saat pertama kali masuk Sekolah Taman Kanak-Kanak pada 1999 (usianya baru menjelang lima tahun), ia sering menyendiri dan bermain ayunan dengan boneka teddy bear-nya. Perlu proses dan waktu yang panjang untuk bisa memahami dan beradaptasi atas apa yang dialaminya.

Kini setelah Ilham menginjak dewasa, ia mulai paham bahwa sesuatu yang dialaminya tersebut merupakan anugerah yang Tuhan berikan padanya. Ia pun menyadari kalau orang-orang yang ada di sekitarnya banyak yang tidak bisa memahami karakternya.

Sarjana alumni sebuah universitas ternama di Kota Bandung ini telah berpengalaman melakukan riset, baik secara eskperimental maupun melalui studi pustaka mengenai anak human angel. Ia pun bergabung ke berbagai komunitas anak human angel di media sosial, mulai dari Timur Tengah dan Benua Eropa, sampai ke Amerika Utara.

Melalui hasil risetnya, Ilham menyimpulkan bahwa masing-masing anak human angel (anak indigo aliran kemalaikatan) yang pernah ia hubungi dari berbagai negara memiliki keunikan kisah hidupnya masing-masing, sebagaimana setiap orang punya pengalaman dan pembenarannya tersendiri. Oleh sebab itu diperlukan sikap saling pengertian dan toleran satu sama lain bahwa di dunia ini tidak ada orang yang sama.

Earn OneKeyCash on thousands of hotels when you sign in and book. More rewards for more adventures!

Monday – Friday 9.00AM – 4.00PM

@ PT. Aura Universal Rasi Jalan Paus No. 92C Rawamangun, Jakarta Timur 13220 Phone: (62-21) 2961 7299 Fax: (6221) 2961 7277

Tidak dipungut biaya apapun selama proses perekrutan

PT.AURA hanya menggunakan akun [email protected] sebagai media surel resmi dalam proses perekrutan

Melde dich an, um fortzufahren.